Saturday, September 15, 2012

Saat Sudah Siap, Bukan Saat Sedang Butuh



Katanya mencari cinta itu harus dalam ketenangan, tidak usah cepat-cepat mengambil keputusan untuk pacaran kalau belum ada rasa ketertarikan. Lalu setelah pacaran, tetaplah menjadi diri sendiri dan biarkan pacar merasakan kenyamanan pada saat bersama. Karena cinta haruslah menyamankan. Lalu perbedaan yang terjadi bisa dihilangkan dengan pengertian. Tapi tidak usah buru-buru…

Karena mencari pacar itu pada saat sudah siap, bukan pada saat sedang butuh.... Nah kaaann... :P

Tuesday, September 4, 2012

Note II

Alex mengurungkan niatnya untuk protes, saat perempuan itu mengulurkan tangan memperkenalkan diri. Dilihat dari penampilannya, usia perempuan ini tidak jauh beda dengannya.

"Samantha... Dan kamu Alexa yang tidak mengikuti instruksiku." samantha mengenggam tangannya, dan untuk beberapa saat dia tidak langsung melepaskannya. "Kamu seharusnya berdiri di sana, menunggu dengan sabar, bukan nongkrong di bar." Alex baru sadar ternyata Samantha adalah penulis catatan misterius itu.

Alex masih terdiam, mengamati dan merasa tidak menghiraukan minuman tambahan yang disimpan di depan mereka. 

"Mungkin sebaiknya kita bisa minum dulu? " Samantha mendorong salah satu gelas tepat di depannya.

"Tentu saja, terima kasih." Alex menghabiskan minumannya hanya dalam satu tegukan dan mulai merasakan sensasi panas pada indra di dalam mulut dan tenggorokannya. Hawa panas tidak membuat kelelawar di dalam perutnnya berhenti mengepak, perutnya masih terasa mulas. Dia berpaling kepada Samantha, dan dalam waktu yang bersamaan merasa terpesona oleh leher, dan tenggorokan yang bergerak saat dia meneguk minumannya. 

"Maaf, tapi aku tidak ingat pernah bertemu kamu di pesta." 

Samantha mengangguk, "Itu benar. Aku tidak berada di pesta malam itu. Aku berada di sana sebelumnya untuk bekerja, bahkan kamu sempat menilai pekerjaanku dan meminta kartu nama yang kebetulan saat itu aku tidak punya." Samantha memutar matanya mengejek dirinya sendiri, "Kata Nat dia bisa memberikan satu kartu namaku nanti. Aku pikir pertemuan ini lebih kreatif daripada hanya menelepon dan meminta kamu untuk jalan bersamaku bukan? "

"Aaahhh", Alex tersenyum, dia mulai ingat perempuan dengan topi baseball yang hilir mudik mendesain ruangan pesta. Dia pernah bertanya pada Nat dan Nat bilang dia tidak yakin apakah perempuan itu straight atau gay. Jadi saat itu dia tidak meneruskan mencari tahu. 
"Jadi Nat tidak memberitahu kamu di mana aku bekerja?"

"Tidak, tapi aku menelepon untuk meminta kamu keluar makan siang dan asistenmu bilang kamu sedang tidak ada di tempat, jadi aku meminta alamat darinya, dan kebetulan aku sudah tahu mobil mana yang kamu kendarai." Ketika Samantha menyeringai, semuanya berbinar - gigi, mata, anting - it was all too much. 

"Kamu sangat jeli rupannya." Alex berkata, terkejut dengan keterusterangan dan ketegasan perempuan yang berada di hadapannya. 

"Ya.. ketika aku menghitung." Samantha menggerakan alis secara sugestif . Dan keduannya tertawa seakan mencairkan ketegangan di antara mereka. 

"Jadi," lanjut Samantha unflustered, "Apakah kamu tertarik?"

Kelelawar yang dari tadi tidak berhenti meronta-ronta di dalam perutnya mulai kelelahan mengepakkan sayapnnya. Minuman keras itu sudah mencapai mereka rupannya. Alexa tersenyum, tidak yakin dia benar-benar menangkap maksud pembicaraan Samantha. 

"Dalam hal apa sebenarnya?"

"Berkencan denganku kapan-kapan?" Jawab Samantha sederhana. 

Merasa berani karena pertanyaan terus terang Samantha, dia membalas, " I am out with you already, dan ya aku tertarik." 

Samantha tersenyum penuh arti, dan mengangkat alisnya yang terpahat dengan sempurna, Dia memanggil si bartender dan memesan segelas anggur untuknya "Hanya itu yang ingin aku dengar.", Ujarnya. Kemudian dia menyarankan mereka mencari meja kosong. 

"Mengapa kamu memintaku untuk memakai pakaian ini secara khusus?"

"Aku ingin pastikan untuk mengenali kamu dalam gelap, dan juga karena," dia menghirup anggurnya dan mengedipkan matanya sedikit nakal "Kamu terlihat begitu menarik mengenakannya.". 

Alex menyeringai, mengejek sambil menggeleng tidak setuju, "You are such a flirt!” 

Samantha terlihat senang dengan komentar Alex , “Why, but thank you very much!” 

Alex merasa perlu mengganti topic pembicaraan ke wilayah yang lebih aman, "Di mana kamu tinggal? Hobi?" 

"Well ....", Samantha menggoyangkan gelas minumannya, "Aku tinggal di Grove, tidak memiliki hewan peliharaan karena aku jarang pulang. Sangat suka buku sekalipun aku tidak pernah mempunyai banyak waktu untuk membaca. Aku orang yang terlalu banyak bicara di telepon, dan kecanduan kafein. " 

“That’s all?” Alex meragukan, “No dirt?” 

Samantha tertawa, “Plenty of dirt, tapi aku akan simpan itu untuk lain waktu. Sebenarnya, aku sudah terlalu banyak menghabiskan waktu dan energi pada bisnisku, dan semuanya berjalan dengan baik, sehingga saat ini aku merasa dapat memiliki hidup lagi… atau semacamnya. " 

"Jadi ini adalah prosedur operasi yang normal untukmu, mengirim catatan provokatif?" Alex bertanya. 

Samantha menggeleng, "Biasanya aku tidak mengejar wanita dengan begitu berani seperti sekarang, tapi aku membuat pengecualian dalam kasusmu. Selain itu, aku pikir kamu orang yang cukup berani." 

"Oh sungguh, dan kenapa begitu?" 

"Hanya perasaan saja. kamu tahu, aku melihatmu sebelum pesta, dan hari berikutnya aku datang lebih awal untuk membersihkan. Aku melewati kamar anak itu dan melihatmu meringkuk di tempat tidur mobil balap kecil itu dan Itu sangat .. ", Samantha memiringkan kepala dan memberi Alex senyum, manis dan lembut, "Menarik." Samantha menyorongkan gelas anggur ke samping, "Aku harus berhenti.. rasannya aku sedang memonopoli pembicaraan. " 

"Tidak sama sekali." Hibur Alex, dia seakan tidak sadar membiarkan matanya menjelajah kemanapun yang dia suka. Mata Samantha, pipi merah, kontras antara bibir dan gigi lurus yang begitu rapi, telinga yang halus. Segala sesuatu tentang wanita itu berpendar. Dia cantik, cukup cantik. "kamu sangat cantik." Tanpa sadar alex mengakui hal ini dengan keras. Dia meminta maaf, "Aku seharusnya tidak minum terlalu banyak!" 

Samantha tersenyum perlahan, dan menggenggam tangan Alex. "Terima kasih, aku merasa tersanjung. Aku juga menganggap kamu sangat menarik. Apa yang ada di pikiranmu saat menerima catatan itu? " 

"Aku pikir salah satu teman sedang membuat lelucon, tetapi kamu bisa lihat yang aku kenakan sekarang, aku tidak yakin." 

 "Aku senang kamu memutuskan untuk datang." 

"Aku juga." 

Kelelawar mabuk berputar dalam perutnya. Jari Samantha telah berada di antara jemarinnya sehingga sulit untuk membedakan siapa sebenarnya yang memegang tangan. 

Samantha membuyarkan lamunan Alex "Giliranmu untuk membertahu aku semuanya." 

"Apa yang benar-benar ingin kamu tahu?" Tanya Alex. 

Samantha memejamkan mata, tersenyum dan kemudian menjawab, "Aku benar-benar ingin tahu ... semua hal yang sangat pribadi tentangmu, dan aku lebih suka mencari tahu dari kamu secara langsung. Tapi yang paling ingin aku tahu adalah kapan aku bisa melihatmu lagi. " 

Alex berkata dia akan menjawab pertanyaannya saat dia kembali dari toilet, dan minta diri. Dia berhenti di tempat kartu kosong yang berada di meja bar dan menulis catatan kecil untuk, dan tip bartender dua puluh dolar untuk mengirimkannya segera. Kemudian dia berjalan ke pintu keluar dan pulang.

Catatan itu berbunyi: 

Samantha, sekarang kita telah saling kenal dan saya juga yakin  sepertinya kita saling menyukai satu sama lain. Karena kamu sudah sangat baik terhadap saya, saya akan berterima kasih untuk minumannya dan menawarkan untuk membalas kebaikanmu di tempat saya ... Sekarang!!! 1815 Darden Rd. Pergi ke sebelah kiri taman, ujung jalan, gerbang pertama. Apartemen # 4  ~Alex


Tamat.

Monday, September 3, 2012

Note I


Alex melemparkan tas kulitnya ke kursi penumpang dan menghempaskan dirinya di belakang kemudi mobil. Membayangkan mandi air hangat dan makan malam lezat akan sedikit mengurangi semua kelelahannya hari ini. Saat akan keluar dari tempat parkir, Alex sekilas melihat sebuah kartu berukuran 8x5 cm yang terselip di bawah wiper blade mobilnya. Biasanya dia akan terus mengemudi dan membiarkan angin menerbangkannya, tetapi kali ini catatan itu terlihat seperti sebuah note dengan tulisan tangan seseorang.

Aku tahu kamu akan dan ingin mengikuti petunjuk ini. Hanya malam ini kamu dapat bertemu denganku. Aku pikir kamu mungkin akan menghargai undanganku. Kita berbagi teman yang sama, dan aku yakin kita bisa berbagi banyak hal yang lainnya lagi. Dakota Club, 9:00 pm, berdirilah di depan bar. Kenakan pakaian yang pernah kamu pakai di pesta Natalie tiga minggu lalu. "S" 

Alex kembali membaca catatan itu untuk yang ke tiga kalinya, suara dengungan mesin mobil, musik yang menggelegar. Dia melirik jam di atas dashboard, 6:00 pm. Tak ada tanda tangan, hanya inisial “S”. Dari mana orang ini tahu tempatnya bekerja? Terlebih dia bisa tahu yang mana mobilnya. Matanya melihat sekeliling dengan cepat. Sialan! Dia pasti sedang dikerjai! Pikirnya. Ini pasti lelucon, dia menyimpulkan. Salah satu teman gilanya ingin membuat dia terlihat konyol berkeliaran di bar gay. Jika dia benar-benar muncul mereka tidak akan pernah membiarkannya hidup lagi. Lagi pula, mana ada orang yang mau bertemu dengan orang asing hanya berdasarkan beberapa baris kata pada sebuah catatan kecil? Pestannya Natalie adalah pesta penggalangan dana, malam itu dia mengenakan Stella mccartney Wool, Boyfriend Blazer, dan Blue jeans yang sengaja dia beli di mall dekat tempat tinggalnya. 

Mobilnya berbelok memasuki tempat parkir yang terletak di basement apartment, mencaci dirinya sendiri karena terbawa suasana. Itu adalah lelucon dan dia hanya akan pergi keluar untuk menangkap penjahat, menjebloskan mereka ke penjara, minum beberapa gelas bir dengan teman, dan pulang pada jam yang biasa. 

Sesampainnya di rumah, dia mengisi perutnya dengan melahap pizza sisa makan malam dari malam sebelumnya, mengecek rekaman pesan di telepon, memilih beberapa surat tagihan, dan membuang sisanya sebelum mengisi bak mandi dengan air hangat dan menambahkan gelembung ke dalamnya. Dia menemukan setelan hitam dalam kantong pakaian bersih yang mengingatkannya lagi pada catatan kecil tadi. Mengapa semua lelucon ini menjadi sedikit lebih mencurigakan? Bagaimana jika memang ada seseorang yang ingin bertemu dengannya? Dia mempertimbangkan untuk pergi dan beranjak untuk mempersiapkan jas dan celana jins. Tapi kemudian urung melakukannya. 

"Ini bisa menunggu." Gumamnya, yang sangat diinginkannya saat ini adalah mandi. Air hangat berbusa segera menenangkan setiap otot dan sisa-sisa stresnya. Alex menutup matanya dengan handuk hangat, membiarkan pikirannya melayang kembali ke pesta malam itu. Banyak wanita, dia minum terlalu banyak, menari hingga kakinya terluka, kemudian menari bertelanjang kaki sampai hanya dia dan beberapa teman yang tersisa. Dia tidur di salah satu kamar anak Natalie, dan meninggalkan rumah itu pagi-pagi sekali. Sedikit pusing, dan sangat membutuhkan makanan dan tidur di tempat tidurnya sendiri. Tentunya dia tidak menari sendirian sepanjang malam, ada beberapa perempuan yang menemaninya tetapi dia tidak dapat mengingat mereka sama sekali. 

Dia mempertimbangkan untuk menghubungi Nat, melihat apa pendapat-nya tentang catatan pesan tadi, dan bertanya siapa saja perempuan di pesta itu dengan nama depan atau akhir dengan hurup S. Tapi rasannya ini tidak akan berhasil. Catatan ini dapat di buat oleh orang iseng mana saja, dan bahkan mungkin S bukanlah hurup awal atau akhir. Benar-benar tidak penting. Dia akan mencari tahu dengan cara lain saja. Alex memutuskan membiarkan masalah itu sebentar, rasa kantuk mulai menghinggapinnya. Bagaimana nyamannya tidur, tersuspensi dalam air hangat, kepalannya terangkat tinggi di sangga bantal, membuatnnya aman dan tidak mungkin tenggelam. 

Tertidur hingga air terasa dingin dan mengutuk dirinya sendiri saat melihat jam dinding, tidak ada waktu untuk memilih-milih pakaian. Mengenakan setelan hitam, menyisir rambutnya yang basah dan mengenakan sepatu dengan tergesa-gesa. Dia melaju di jalan menuju Dakota Club yang hanya berjarak 2 km dari tempat tinggalnya. Sebenarnya dia tau, dia mempunyai pilihan untuk tidak datang dan membiarkan godaan itu lewat. Tetapi di lain pihak, rasa keingintahuannya sebagai seorang detektif mendorongnya untuk mencari tau. 

Tempat parkir tidak begitu luas, dan pada hari-hari sibuk seperti ini akan sedikit sulit mendapatkan tempat parkir yang strategis. Tetapi untungnya ada tempat parkir yang baru saja kosong tepat di samping pintu keluar. Alex memutuskan untuk duduk di dalam mobil sampai jam 8:45. Sekali lagi pikirannya mengembara ke pesta malam itu, membayangkan setiap wajah dan tetap tidak menemukan siapa pun. Meski terlambat, terpikir olehnya untuk melihat mobil-mobil yang diparkir atau baru datang, apakah dia bisa mengidentifikasi salah satu dari mereka sebagai milik Miss "S" atau mobil mana saja yang nampak familier. 

Terlalu gelap, dan sekarang dia ada di sana, tampaknya kecil kemungkinan teman-temannya akan pergi ke pinggiran kota hanya untuk menyelipkan catatan kecil di kaca depan mobilnya, bahkan sebagai sebuah lelucon ketika mereka dengan mudah bisa mengangkat telepon dan mengajaknya untuk makan malam atau minum. Para tingles dalam perutnya, dalam sekejap tumbuh menjadi kelelawar yang cukup besar, mengepakkan sayap mereka dan mendorong-dorong tulang rusuknya. Membuat perutnya kesemutan dan mendadak mulas. Alex melihat jam tangannya, 10 menit. Cukup waktu untuk pulang dan menonton program TV favorit, atau masuk ke dalam bar, minum satu dua gelas sambil menunggu apa pun yang akan terjadi pada pukul sembilan. Kelelawar di dalam perutnya memilih alkohol, dan dia mengeluarkan SIM-nya, selembar uang dua puluh dolar, dan mengunci tasnya di bagasi. Begitu sampai di dalam, dia langsung menuju toilet, sengaja tidak melihat kiri dan kanan atau mencoba mengenali wajah-wajah yang ada di dalam bar. Tepat jam 8:57. Alex memesan tequila, bartender dengan cekatan menyiapkan pesanannya. 

“Make that two, please.” Kata seorang perempuan yang baru saja duduk di sebelahnya. 

Alex menyaksikan tangan-tangan yang terawat berhiaskan cincin berlian dan batu bertatahkan pelangi di jari manisnya. 

"Anda ingin dua untuk Anda sendiri, atau dua untuk anda berdua?" Isyarat Bartender kepada mereka sebagai pasangan. 

Alex berpaling kepada perempuan tersebut untuk klarifikasi. 'Glamour' Kata yang segera melompat ke dalam pikiran Alex saat dia mengamati teman duduknya. Sebuah surai emas dan rambut sewarna tembaga mengilap membingkai wajah samar-samar yang terlihat sedikit akrab. Matanya terlihat hijau jernih saat perempuan itu menatap langsung kepadannya, mengangkat satu alis terpahat rapi, sudut bibir yang mengkilap sedikit tertarik ke atas dan membentuk seringai, kemudian berbicara kepada bartender, 

"Dua minuman, untuk kami berdua." 


Bersambung...

Given

I thought that love would be softer, sweeter and kinder. I found out with my first love that those thoughts were just a happy delusion. Fall...