Jika lima tahun yang lalu seseorang mengatakan bahwa bekerja paruh waktu di sebuah coffee shop adalah masa depanku, mungkin aku akan memilih mendaftar wajib militer untuk menghindarinya. Atau menjual semua barang milikku, membeli ransel yang bagus, dan menghilang ke arah matahari terbenam hanya berbekal paspor dan atlas dunia. Namun, setelah empat tahun masa kuliah, di sinilah aku, gadis berupah minim di sebuah coffe shop dua blok jauhnya dari kampus lamaku. “Life couldn't get much more depressing,” gumamku. Café René tempatku bekerja saat ini adalah café yang terletak di sebuah bangunan abad pertengahan di St. Mary’s Lane, dengan interior klasik dan sederhana. Bagian depan dari café tidak lebih dari sebuah pintu yang mengarah ke serambi yang kemudian lurus ke sebuah konter kecil. Langit-langit yang berpanel rendah disangga balok kayu besar, dikombinasikan dengan rak-rak yang memuat koleksi buku-buku lama. Sofa nyaman di beberapa sudut, alunan jazz menyeruak di setiap...
Open Your Mind and Break The Illusion