Aku telah membaca novel Parfum beberapa tahun ke belakang dan filmnya tahun lalu. Sekalipun dah agak lama rasanya gak terlalu basi kalo aku ceritain dikit tentang film ini. Mungkin kamu berpikir bahwa dari sebuah parfume kamu tidak akan bisa menghubungkannya dengan film. Salah satu alasannya adalah bahwa keduanya memberikan semacam dua sensasi yang berbeda. Parfum adalah sensasi yang berbau. Film adalah sensasi yang didengar dan visual - gambar dan suara. Hampir mustahil menghubungkan kedua pengalaman indrawi dapat disatukan.Film ini bercerita tentang seorang anak Jean-Baptiste Grenouille (Ben Whishaw), seorang anak laki-laki yang lahir dengan pencium rasa yang sangat tajam dan menjadi terobsesi berbagai macam bau, berlatar abad 18. bertempat di Paris. Lahir di kota yang penuh belatung-pasar ikan, Grenouille yang ditinggalkan oleh ibunya di tempat pembuangan ikan yg berbau busuk, gak jelas siapa ayahnya dan seorang ibu yang bekerja sebagai pembersih ikan (film ini tidak terlalu banyak bercerita tentang latar belakang keluarganya). Dimasukan ke sebuah panti asuhan Dickensian, dia di asingkan oleh anak-anak lain. Dijual ke tempat penyamakan kulit.
Kemudian dia bertemu dengan seorang ahli pembuat wangi-wangian Italia Giuseppe Baldini (Dustin Hoffman), yang terkesan dengan keahlian yang dimiliki Grenouille dalam menemukan wangi-wangian secara alami. Bekerja di tempat tersebut semakin membuat Grenouille benar-benar terobsesi dengan berbagai macam wangi, ia menjadi tergila-gila dengan membuat parfum yang sempurna sehingga ia memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Grasse, kota yang penuh dengan berbagai hal yang sempurna dan indah yaitu sari perempuan muda. Di kota ini dia mulai mecari berbagai macam wangi yang di ambil dari berbagai macam perempuan, dengan cara membunuh perempuan-perempuan tersebut terlebih dahulu. Kejadian itu membuat kota gempar dan mencekam dengan rangkaian pembunuhan-pembunuhan misterius tersebut. Tetapi tetap saja pencarian atas parfume yang sempurna masih saja ada satu yang kurang. Sampai dia bertemu dengan Laura (Rachel Hurd-Wood), anak perempuan Antoine Richis (Alan Rickman).
Grenouille akhirnya tertangkap basah dan diketahui sebagai pembunuh dari 13 perempuan. Diberbagai tempat diteriakan untuk melindungi anak perempuan mereka, sampai Antoine Richis (Alan Rickman).mengasingkan anak perempuannya di tempat yang sangat terpencil.
Dengan bebekal pemciumannya yang tajam Grenouille akhirnya tetap saja dapaat menemukan Laura (Rachel Hurd-Wood). Dan mengambil sari dari perempuan tersebut sebagai formula terakhir untuk menyelesaikan karyanya yang mengerikan. dan saat itu pun dia tertangkap dan dijebloskan ke penjara untuk diadili sesegera mungkin.
Parfum yang mewah, terkadang mengerikan, bahkan dengan menciumnya sampah dan penyakit yang paling busukpun akan terlihat indah, dia gunakan parfume itu untuk melepaskan diri dan kembali kekota kelahirannya. Disana akhirnya dia tewas menjadi santapan orang-orang yang haus akan wangi dan keindahan.
I have to say, I liked it... For sure, walau pun sebenarnya filmnya tidak sebaik bukunya.
Di satu sisi sulit untuk memvisualisasikan bau dan di sisi lain tidak semuanya dapat ditampilkan selama film.
Tetapi bagi aku, film ini memang bagus... cukup bagus. Dan permainan aktornya pun sangat bagus Mereka memainkan peran mereka benar-benar baik dan sesuai dengan Grenouille, saya benar-benar berpikir bahwa dia adalah Grenouille yang dijelaskan dalam buku tersebut.
Satu-satunya hal "negatif" yang saya dapat katakan tentang itu, adalah bahwa di dalam buku dia digambarkan sebagai orang jelek, tetapi Ben Wishow tidak jelek. Tetapi bagi saya, yang tidak benar-benar peduli. Jadi, semuanya harus saya katakan, bahwa film ini tidak sebaik buku (yang kebanyakan kasus), tetapi meskipun saya berpikir bahwa ini adalah film yang dibuat benar-benar baik.
No comments:
Post a Comment