Skip to main content

Kenapa begitu susah?

Kenapa begitu susah mengatakan "maaf", "kangen", "sayang", "tidak suka", "mau"... atau "tidak mau!" pada seseorang...

Pada seseorang yang (pernah) menjadi cermin dan tempat refleksi bagaimana hebatnya diri kita menjadi orang yang mau berkorban untuk sebuah rasa, pada seseorang yang membuat kita belajar menghargai waktu... bahwa sehari bersama adalah bahagia, semenit bisa membangun surga... dan sedetik bak neraka bila rindu sedang bertamu. Pada seseorang yang membentuk indera perasa ini lebih peka... hingga tak jarang hanya dengan tatapan, kita berfikir bahwa telepati itu benar adanya... pada seseorang yang mampu mengenalkan kita dengan diri kita sendiri... bahwa kita terlalu bersahabat dengan ego... dan berteman dekat dengan ketakutan.

Hmmm... Tidak pernah menyesal mengenal orang yang menjadikan kita pribadi yang jauh lebih super daripada seorang mario teguh, hehe.... Mereka selalu menjadi epidose, jembatan, anak tangga...atau apalah namanya...untuk kita bisa melihat, bahwa hidup ini terlalu sia-sia tuk dijadikan tempat memanjakan elegi.

So,...
Nite sky, The Scientist, and you...
Always grateful with our red, yellow and blue...



*Thanks ya orion aku pinjem ini tulisannya

Comments

Popular posts from this blog

Lost Somewhere or Just Living My life?

Oh... waaw.... Sepertinya saya sudah menjadi anak yang hilang, tersesat entah di mana.   Seiring bertambahnya usia, kita terlalu malas mengurusi urusan temeh, drama yang tidak jelas. Fokus pada perjuangan kita sendiri untuk menjadi manusia sehingga setiap momen rentan, mungkin akan berumur pendek dalam ingatan. Saat kamu mencapai tingkat dalam hidup menjadi baik-baik saja, kamu merasa tidak memerlukan apapun lagi. Tapi Kenyamanan itu yang justru menimbulkan kebosanan.     But Sometimes, sometime... I miss those feelings, the freedom, the goosebumps when you see a new place, the joy of traveling, breathing air to your heart's content... being my self.

Stranger III

Aku bergegas pulang, mencuci rambut, mengenakan baju merah dan mencari celana hitam namun tidak berhasil menemukannya di mana pun. Sialan! Di mana aku meletakannya? Tak ada waktu lagi aku memutuskan untuk mengenakan rok hitam. Tersenyum pada diriku sendiri saat berdiri di depan cermin, stoking hitam dan sedikit make-up. Melirik jam, baru sadar sudah jam 18:45. Seharusnya sudah berangkat. Aku memutuskan untuk berjalan ke bar karena cukup dekat, hanya beberapa blok dari tempat tinggalku. Aku mungkin akan memesan minum untuk membuatku sedikit lebih santai dan menunggu Ris. Sesampainya di bar tepat pukul 07:00, aku disambut Sue di depan counter. Aku memesan anggur putih, melirik sekeliling, satu kelompok orang di sebelah bawah bar, beberapa orang di salah satu stand dan beberapa anak perempuan di sudut agak gelap. Ada lagi sekelompok perempuan di ruang sebelah kolam renang tapi mereka semua memakai pakaian hitam atau t-shirt putih. Duduk menunggu, senang bahwa Sue sedikit sibuk k...

Baik-baik saja... ?

Belakangan ini aku sangat membenci waktu-waktu ini. Waktu di mana aku terdiam menghadap layar komputer tanpa bisa mengetik apa-apa. Aku kesulitan mendefinisikan apa yang aku rasakan, bahkan tidak tahu apa yang aku mau. Tidak ada postingan baru atau puisi-puisi baru yang bisa aku tulis... Bahkan aku mulai terlalu sering menulis status-status yang tidak jelas di facebook yang beberapa waktu ini mulai aku gunakan lagi. Yahoo Messenger yang semakin malam semakin sepi, tidak ada tegur sapa atau keinginan untuk berbicara dengan siapapun. Depresi...? sepertinya tidak, aku pernah merasakan keadaan yang lebih buruk dari sekarang. Bahkan bisa dibilang saat ini keadaanku baik-baik saja, hubunganku dengan kekasihku pun baik-baik saja, bahkan aku merasa kami jauh lebih dekat dari sebelumnya. Kawan ku bertanya, "kenapa tidak pernah posting atau membuat tulisan baru lagi?", "Entahlah, sedang tidak ada inspirasi." Jawabku, dan dalam hati aku tertawa, mengingat kalimat yang aku lont...