Skip to main content

Discrimination, Hatred, and even Violence

Diskriminasi, kebencian, pelecehan, dalam berbagai tingkat, dari lingkungan straight mungkin bukan hal asing bagi kaum minoritas gay. Bahkan diskriminasi dapat berupa hal sepele seperti gurauan-gurauan yang sebenarnya dapat dikategorikan sebagai pelecehan. Tapi aku pikir kita terlalu fokus menjadi korban dari semua kebencian tersebut, karna terkadang kita lupa bahwa kita pun bisa menjadi pelaku diskriminasi terhadap kaum kita sendiri.
Pagi ini, aku membaca tentang diskriminasi dalam komunitas gay. Mengingatkanku tentang cerita seorang kawan, bagaimana dia diperlakukan dengan sangat buruk oleh orang terdekatnya pemaksaan, pemerasa, penipuan, ancaman membeberkan identitas nya sebagai gay ke keluarga dan lingkungan kerjanya, bahkan kekerasan fisik. Seorang waria berbicara tentang diskriminasi yang dia alami - bukan dari orang straight, tetapi dari dalam lingkungannya.

Kita selalu memperjuangkan persamaan hak pada dunia, menghapus diskriminasi
terhadap LGBT. Namun kita seperti menutup mata terhadap hal-hal buruk yang terjadi dalam komunitas kita sendiri.

Menyadari diskriminasi dalam komunitas gay merupakan langkah pertama yang sangat besar dalam mengatasinya. Mungkin hal yang paling efektif dapat kita lakukan adalah memperlakukan satu sama lain - dalam pikiran, kata dan tindakan - sebagai saudara dan saudari kita yang sebenarnya.


Kita semua bisa berbuat lebih baik...

Comments

Anonymous said…
If Marx were living today
he'd be rolling around in his grave
Oh Karl the world isn't fair
It isn't and never will be
It would depress us, Karl
Because we care
that the world still isn't fair

Taken from Randy Newman.
Rie said…
Wah bagus neh artikel... coba dishare di note FB juga... kali aja "temen2 komunitas" nggak lagi melecehkan ;)
floo said…
wiihh... mampir jg nih... hhehehehe... mungkin nanti ya... hehehe....
floo said…
wiihhh... mampir hhehehe... mungkin nanti deh.
indra said…
setuju ma rie
floo said…
oomm... hehehe... iya nanti deh kyknya

Popular posts from this blog

Lost Somewhere or Just Living My life?

Oh... waaw.... Sepertinya saya sudah menjadi anak yang hilang, tersesat entah di mana.   Seiring bertambahnya usia, kita terlalu malas mengurusi urusan temeh, drama yang tidak jelas. Fokus pada perjuangan kita sendiri untuk menjadi manusia sehingga setiap momen rentan, mungkin akan berumur pendek dalam ingatan. Saat kamu mencapai tingkat dalam hidup menjadi baik-baik saja, kamu merasa tidak memerlukan apapun lagi. Tapi Kenyamanan itu yang justru menimbulkan kebosanan.     But Sometimes, sometime... I miss those feelings, the freedom, the goosebumps when you see a new place, the joy of traveling, breathing air to your heart's content... being my self.

Baik-baik saja... ?

Belakangan ini aku sangat membenci waktu-waktu ini. Waktu di mana aku terdiam menghadap layar komputer tanpa bisa mengetik apa-apa. Aku kesulitan mendefinisikan apa yang aku rasakan, bahkan tidak tahu apa yang aku mau. Tidak ada postingan baru atau puisi-puisi baru yang bisa aku tulis... Bahkan aku mulai terlalu sering menulis status-status yang tidak jelas di facebook yang beberapa waktu ini mulai aku gunakan lagi. Yahoo Messenger yang semakin malam semakin sepi, tidak ada tegur sapa atau keinginan untuk berbicara dengan siapapun. Depresi...? sepertinya tidak, aku pernah merasakan keadaan yang lebih buruk dari sekarang. Bahkan bisa dibilang saat ini keadaanku baik-baik saja, hubunganku dengan kekasihku pun baik-baik saja, bahkan aku merasa kami jauh lebih dekat dari sebelumnya. Kawan ku bertanya, "kenapa tidak pernah posting atau membuat tulisan baru lagi?", "Entahlah, sedang tidak ada inspirasi." Jawabku, dan dalam hati aku tertawa, mengingat kalimat yang aku lont...

Stranger III

Aku bergegas pulang, mencuci rambut, mengenakan baju merah dan mencari celana hitam namun tidak berhasil menemukannya di mana pun. Sialan! Di mana aku meletakannya? Tak ada waktu lagi aku memutuskan untuk mengenakan rok hitam. Tersenyum pada diriku sendiri saat berdiri di depan cermin, stoking hitam dan sedikit make-up. Melirik jam, baru sadar sudah jam 18:45. Seharusnya sudah berangkat. Aku memutuskan untuk berjalan ke bar karena cukup dekat, hanya beberapa blok dari tempat tinggalku. Aku mungkin akan memesan minum untuk membuatku sedikit lebih santai dan menunggu Ris. Sesampainya di bar tepat pukul 07:00, aku disambut Sue di depan counter. Aku memesan anggur putih, melirik sekeliling, satu kelompok orang di sebelah bawah bar, beberapa orang di salah satu stand dan beberapa anak perempuan di sudut agak gelap. Ada lagi sekelompok perempuan di ruang sebelah kolam renang tapi mereka semua memakai pakaian hitam atau t-shirt putih. Duduk menunggu, senang bahwa Sue sedikit sibuk k...