Hal pertama yang aku lihat saat membuka mata adalah warna pucat kamarku sendiri. Ada aroma sedap menyeruak dari arah dapur ketika pintu berderit terbuka. lalu perempuan ini pun masuk.
"Sudah bangun, sayang?" Dia bertanya seraya menutup pintu di belakangnya. Sebelah tangannya membawa nampan berisi cangkir kopi panas. Ini untuk yang ke tiga kalinya dia menghabiskan malam di tempatku.
"Hai, pagi." Balasku sambil menegakkan diri.
"Apa yang kamu pikirkan?" Bisiknya. Dia duduk dan mencondongkan badan sehingga wajahnya hanya berjarak beberapa inci dari wajahku.
"Kamu baik-baik saja? Kamu berkeringat."
"Aku baik-baik saja, hanya mimpi buruk." Aku menggeleng perlahan.
"Hmm... Tidak ada gunanya membiarkan mimpi buruk merusak suasana hati kamu pagi ini. Begini saja, aku akan melakukan apa pun yang aku bisa untuk membuatmu happy pagi ini.” Ujarnya menenangkan.
"Apa pun yang membuat aku happy?" Tanyaku senang membayangkan seharian bersamannya, tapi tiba-tiba perutku berbunyi.
"Kamu lapar," katanya cepat dan berdiri dari tempat tidur.
“Aku tadi membuatkanmu wafle dan kopi. Kurasa akan lebih enak jika di makan selagi hangat.” Ajaknya, baiklah aku menyerah perutku memang perlu diisi. Dan kesenangan harus menunggu dengan sabar beberapa menit lagi.