Skip to main content

Note I


Alex melemparkan tas kulitnya ke kursi penumpang dan menghempaskan dirinya di belakang kemudi mobil. Membayangkan mandi air hangat dan makan malam lezat akan sedikit mengurangi semua kelelahannya hari ini. Saat akan keluar dari tempat parkir, Alex sekilas melihat sebuah kartu berukuran 8x5 cm yang terselip di bawah wiper blade mobilnya. Biasanya dia akan terus mengemudi dan membiarkan angin menerbangkannya, tetapi kali ini catatan itu terlihat seperti sebuah note dengan tulisan tangan seseorang.

Aku tahu kamu akan dan ingin mengikuti petunjuk ini. Hanya malam ini kamu dapat bertemu denganku. Aku pikir kamu mungkin akan menghargai undanganku. Kita berbagi teman yang sama, dan aku yakin kita bisa berbagi banyak hal yang lainnya lagi. Dakota Club, 9:00 pm, berdirilah di depan bar. Kenakan pakaian yang pernah kamu pakai di pesta Natalie tiga minggu lalu. "S" 

Alex kembali membaca catatan itu untuk yang ke tiga kalinya, suara dengungan mesin mobil, musik yang menggelegar. Dia melirik jam di atas dashboard, 6:00 pm. Tak ada tanda tangan, hanya inisial “S”. Dari mana orang ini tahu tempatnya bekerja? Terlebih dia bisa tahu yang mana mobilnya. Matanya melihat sekeliling dengan cepat. Sialan! Dia pasti sedang dikerjai! Pikirnya. Ini pasti lelucon, dia menyimpulkan. Salah satu teman gilanya ingin membuat dia terlihat konyol berkeliaran di bar gay. Jika dia benar-benar muncul mereka tidak akan pernah membiarkannya hidup lagi. Lagi pula, mana ada orang yang mau bertemu dengan orang asing hanya berdasarkan beberapa baris kata pada sebuah catatan kecil? Pestannya Natalie adalah pesta penggalangan dana, malam itu dia mengenakan Stella mccartney Wool, Boyfriend Blazer, dan Blue jeans yang sengaja dia beli di mall dekat tempat tinggalnya. 

Mobilnya berbelok memasuki tempat parkir yang terletak di basement apartment, mencaci dirinya sendiri karena terbawa suasana. Itu adalah lelucon dan dia hanya akan pergi keluar untuk menangkap penjahat, menjebloskan mereka ke penjara, minum beberapa gelas bir dengan teman, dan pulang pada jam yang biasa. 

Sesampainnya di rumah, dia mengisi perutnya dengan melahap pizza sisa makan malam dari malam sebelumnya, mengecek rekaman pesan di telepon, memilih beberapa surat tagihan, dan membuang sisanya sebelum mengisi bak mandi dengan air hangat dan menambahkan gelembung ke dalamnya. Dia menemukan setelan hitam dalam kantong pakaian bersih yang mengingatkannya lagi pada catatan kecil tadi. Mengapa semua lelucon ini menjadi sedikit lebih mencurigakan? Bagaimana jika memang ada seseorang yang ingin bertemu dengannya? Dia mempertimbangkan untuk pergi dan beranjak untuk mempersiapkan jas dan celana jins. Tapi kemudian urung melakukannya. 

"Ini bisa menunggu." Gumamnya, yang sangat diinginkannya saat ini adalah mandi. Air hangat berbusa segera menenangkan setiap otot dan sisa-sisa stresnya. Alex menutup matanya dengan handuk hangat, membiarkan pikirannya melayang kembali ke pesta malam itu. Banyak wanita, dia minum terlalu banyak, menari hingga kakinya terluka, kemudian menari bertelanjang kaki sampai hanya dia dan beberapa teman yang tersisa. Dia tidur di salah satu kamar anak Natalie, dan meninggalkan rumah itu pagi-pagi sekali. Sedikit pusing, dan sangat membutuhkan makanan dan tidur di tempat tidurnya sendiri. Tentunya dia tidak menari sendirian sepanjang malam, ada beberapa perempuan yang menemaninya tetapi dia tidak dapat mengingat mereka sama sekali. 

Dia mempertimbangkan untuk menghubungi Nat, melihat apa pendapat-nya tentang catatan pesan tadi, dan bertanya siapa saja perempuan di pesta itu dengan nama depan atau akhir dengan hurup S. Tapi rasannya ini tidak akan berhasil. Catatan ini dapat di buat oleh orang iseng mana saja, dan bahkan mungkin S bukanlah hurup awal atau akhir. Benar-benar tidak penting. Dia akan mencari tahu dengan cara lain saja. Alex memutuskan membiarkan masalah itu sebentar, rasa kantuk mulai menghinggapinnya. Bagaimana nyamannya tidur, tersuspensi dalam air hangat, kepalannya terangkat tinggi di sangga bantal, membuatnnya aman dan tidak mungkin tenggelam. 

Tertidur hingga air terasa dingin dan mengutuk dirinya sendiri saat melihat jam dinding, tidak ada waktu untuk memilih-milih pakaian. Mengenakan setelan hitam, menyisir rambutnya yang basah dan mengenakan sepatu dengan tergesa-gesa. Dia melaju di jalan menuju Dakota Club yang hanya berjarak 2 km dari tempat tinggalnya. Sebenarnya dia tau, dia mempunyai pilihan untuk tidak datang dan membiarkan godaan itu lewat. Tetapi di lain pihak, rasa keingintahuannya sebagai seorang detektif mendorongnya untuk mencari tau. 

Tempat parkir tidak begitu luas, dan pada hari-hari sibuk seperti ini akan sedikit sulit mendapatkan tempat parkir yang strategis. Tetapi untungnya ada tempat parkir yang baru saja kosong tepat di samping pintu keluar. Alex memutuskan untuk duduk di dalam mobil sampai jam 8:45. Sekali lagi pikirannya mengembara ke pesta malam itu, membayangkan setiap wajah dan tetap tidak menemukan siapa pun. Meski terlambat, terpikir olehnya untuk melihat mobil-mobil yang diparkir atau baru datang, apakah dia bisa mengidentifikasi salah satu dari mereka sebagai milik Miss "S" atau mobil mana saja yang nampak familier. 

Terlalu gelap, dan sekarang dia ada di sana, tampaknya kecil kemungkinan teman-temannya akan pergi ke pinggiran kota hanya untuk menyelipkan catatan kecil di kaca depan mobilnya, bahkan sebagai sebuah lelucon ketika mereka dengan mudah bisa mengangkat telepon dan mengajaknya untuk makan malam atau minum. Para tingles dalam perutnya, dalam sekejap tumbuh menjadi kelelawar yang cukup besar, mengepakkan sayap mereka dan mendorong-dorong tulang rusuknya. Membuat perutnya kesemutan dan mendadak mulas. Alex melihat jam tangannya, 10 menit. Cukup waktu untuk pulang dan menonton program TV favorit, atau masuk ke dalam bar, minum satu dua gelas sambil menunggu apa pun yang akan terjadi pada pukul sembilan. Kelelawar di dalam perutnya memilih alkohol, dan dia mengeluarkan SIM-nya, selembar uang dua puluh dolar, dan mengunci tasnya di bagasi. Begitu sampai di dalam, dia langsung menuju toilet, sengaja tidak melihat kiri dan kanan atau mencoba mengenali wajah-wajah yang ada di dalam bar. Tepat jam 8:57. Alex memesan tequila, bartender dengan cekatan menyiapkan pesanannya. 

“Make that two, please.” Kata seorang perempuan yang baru saja duduk di sebelahnya. 

Alex menyaksikan tangan-tangan yang terawat berhiaskan cincin berlian dan batu bertatahkan pelangi di jari manisnya. 

"Anda ingin dua untuk Anda sendiri, atau dua untuk anda berdua?" Isyarat Bartender kepada mereka sebagai pasangan. 

Alex berpaling kepada perempuan tersebut untuk klarifikasi. 'Glamour' Kata yang segera melompat ke dalam pikiran Alex saat dia mengamati teman duduknya. Sebuah surai emas dan rambut sewarna tembaga mengilap membingkai wajah samar-samar yang terlihat sedikit akrab. Matanya terlihat hijau jernih saat perempuan itu menatap langsung kepadannya, mengangkat satu alis terpahat rapi, sudut bibir yang mengkilap sedikit tertarik ke atas dan membentuk seringai, kemudian berbicara kepada bartender, 

"Dua minuman, untuk kami berdua." 


Bersambung...

Comments

Popular posts from this blog

Stranger III

Aku bergegas pulang, mencuci rambut, mengenakan baju merah dan mencari celana hitam namun tidak berhasil menemukannya di mana pun. Sialan! Di mana aku meletakannya? Tak ada waktu lagi aku memutuskan untuk mengenakan rok hitam. Tersenyum pada diriku sendiri saat berdiri di depan cermin, stoking hitam dan sedikit make-up. Melirik jam, baru sadar sudah jam 18:45. Seharusnya sudah berangkat. Aku memutuskan untuk berjalan ke bar karena cukup dekat, hanya beberapa blok dari tempat tinggalku. Aku mungkin akan memesan minum untuk membuatku sedikit lebih santai dan menunggu Ris. Sesampainya di bar tepat pukul 07:00, aku disambut Sue di depan counter. Aku memesan anggur putih, melirik sekeliling, satu kelompok orang di sebelah bawah bar, beberapa orang di salah satu stand dan beberapa anak perempuan di sudut agak gelap. Ada lagi sekelompok perempuan di ruang sebelah kolam renang tapi mereka semua memakai pakaian hitam atau t-shirt putih. Duduk menunggu, senang bahwa Sue sedikit sibuk k...

Lost Somewhere or Just Living My life?

Oh... waaw.... Sepertinya saya sudah menjadi anak yang hilang, tersesat entah di mana.   Seiring bertambahnya usia, kita terlalu malas mengurusi urusan temeh, drama yang tidak jelas. Fokus pada perjuangan kita sendiri untuk menjadi manusia sehingga setiap momen rentan, mungkin akan berumur pendek dalam ingatan. Saat kamu mencapai tingkat dalam hidup menjadi baik-baik saja, kamu merasa tidak memerlukan apapun lagi. Tapi Kenyamanan itu yang justru menimbulkan kebosanan.     But Sometimes, sometime... I miss those feelings, the freedom, the goosebumps when you see a new place, the joy of traveling, breathing air to your heart's content... being my self.

The Curse

Rabu kemaren salah satu kawan menyebut nama saya jadi salah satu orang yang di kutuk juga... ternyata kutukan ini berisi 11 hal tentang saya dan 11 hal yang harus saya jawab, dan 11 pertanyaan yang harus saya buat... jadi sebenernya gak bener-bener 11 ya... klo di jumlahin malah jadi 33 biji. Haduuhh... Pagi-pagi dah dapet Per Er jugaaa... banyak pulaaa....  Baiklaahhh... ayo kita mulai kerjain Per Er nya... tapi sebelum nulis tuh, saya biasanya ritual dulu, ngopi dulu lah, ngerokok dulu lah, twitteran dulu lah, efbean dulu lah... hehehe... Akhirnya gak nulis-nulis. Canggih ya.... hehe...  11 tentang Floo : 1. Saya anak pertama dari 4 bersodara, entah mungkin karena anak paling gede nih, sejak kecil saya paling sering di suruh ini itu. Mulai ambil kayu bakar di hutan sampe gembala sapi... hehehe.. gak denk. Keluarga mempercayakan banyak hal pada saya... termasuk mengurus diri sendiri. Dari zamannya saya masih SMU sampe kerja, saya ngekos (beli rumah belum mampu w...