Skip to main content

Note II

Alex mengurungkan niatnya untuk protes, saat perempuan itu mengulurkan tangan memperkenalkan diri. Dilihat dari penampilannya, usia perempuan ini tidak jauh beda dengannya.

"Samantha... Dan kamu Alexa yang tidak mengikuti instruksiku." samantha mengenggam tangannya, dan untuk beberapa saat dia tidak langsung melepaskannya. "Kamu seharusnya berdiri di sana, menunggu dengan sabar, bukan nongkrong di bar." Alex baru sadar ternyata Samantha adalah penulis catatan misterius itu.

Alex masih terdiam, mengamati dan merasa tidak menghiraukan minuman tambahan yang disimpan di depan mereka. 

"Mungkin sebaiknya kita bisa minum dulu? " Samantha mendorong salah satu gelas tepat di depannya.

"Tentu saja, terima kasih." Alex menghabiskan minumannya hanya dalam satu tegukan dan mulai merasakan sensasi panas pada indra di dalam mulut dan tenggorokannya. Hawa panas tidak membuat kelelawar di dalam perutnnya berhenti mengepak, perutnya masih terasa mulas. Dia berpaling kepada Samantha, dan dalam waktu yang bersamaan merasa terpesona oleh leher, dan tenggorokan yang bergerak saat dia meneguk minumannya. 

"Maaf, tapi aku tidak ingat pernah bertemu kamu di pesta." 

Samantha mengangguk, "Itu benar. Aku tidak berada di pesta malam itu. Aku berada di sana sebelumnya untuk bekerja, bahkan kamu sempat menilai pekerjaanku dan meminta kartu nama yang kebetulan saat itu aku tidak punya." Samantha memutar matanya mengejek dirinya sendiri, "Kata Nat dia bisa memberikan satu kartu namaku nanti. Aku pikir pertemuan ini lebih kreatif daripada hanya menelepon dan meminta kamu untuk jalan bersamaku bukan? "

"Aaahhh", Alex tersenyum, dia mulai ingat perempuan dengan topi baseball yang hilir mudik mendesain ruangan pesta. Dia pernah bertanya pada Nat dan Nat bilang dia tidak yakin apakah perempuan itu straight atau gay. Jadi saat itu dia tidak meneruskan mencari tahu. 
"Jadi Nat tidak memberitahu kamu di mana aku bekerja?"

"Tidak, tapi aku menelepon untuk meminta kamu keluar makan siang dan asistenmu bilang kamu sedang tidak ada di tempat, jadi aku meminta alamat darinya, dan kebetulan aku sudah tahu mobil mana yang kamu kendarai." Ketika Samantha menyeringai, semuanya berbinar - gigi, mata, anting - it was all too much. 

"Kamu sangat jeli rupannya." Alex berkata, terkejut dengan keterusterangan dan ketegasan perempuan yang berada di hadapannya. 

"Ya.. ketika aku menghitung." Samantha menggerakan alis secara sugestif . Dan keduannya tertawa seakan mencairkan ketegangan di antara mereka. 

"Jadi," lanjut Samantha unflustered, "Apakah kamu tertarik?"

Kelelawar yang dari tadi tidak berhenti meronta-ronta di dalam perutnya mulai kelelahan mengepakkan sayapnnya. Minuman keras itu sudah mencapai mereka rupannya. Alexa tersenyum, tidak yakin dia benar-benar menangkap maksud pembicaraan Samantha. 

"Dalam hal apa sebenarnya?"

"Berkencan denganku kapan-kapan?" Jawab Samantha sederhana. 

Merasa berani karena pertanyaan terus terang Samantha, dia membalas, " I am out with you already, dan ya aku tertarik." 

Samantha tersenyum penuh arti, dan mengangkat alisnya yang terpahat dengan sempurna, Dia memanggil si bartender dan memesan segelas anggur untuknya "Hanya itu yang ingin aku dengar.", Ujarnya. Kemudian dia menyarankan mereka mencari meja kosong. 

"Mengapa kamu memintaku untuk memakai pakaian ini secara khusus?"

"Aku ingin pastikan untuk mengenali kamu dalam gelap, dan juga karena," dia menghirup anggurnya dan mengedipkan matanya sedikit nakal "Kamu terlihat begitu menarik mengenakannya.". 

Alex menyeringai, mengejek sambil menggeleng tidak setuju, "You are such a flirt!” 

Samantha terlihat senang dengan komentar Alex , “Why, but thank you very much!” 

Alex merasa perlu mengganti topic pembicaraan ke wilayah yang lebih aman, "Di mana kamu tinggal? Hobi?" 

"Well ....", Samantha menggoyangkan gelas minumannya, "Aku tinggal di Grove, tidak memiliki hewan peliharaan karena aku jarang pulang. Sangat suka buku sekalipun aku tidak pernah mempunyai banyak waktu untuk membaca. Aku orang yang terlalu banyak bicara di telepon, dan kecanduan kafein. " 

“That’s all?” Alex meragukan, “No dirt?” 

Samantha tertawa, “Plenty of dirt, tapi aku akan simpan itu untuk lain waktu. Sebenarnya, aku sudah terlalu banyak menghabiskan waktu dan energi pada bisnisku, dan semuanya berjalan dengan baik, sehingga saat ini aku merasa dapat memiliki hidup lagi… atau semacamnya. " 

"Jadi ini adalah prosedur operasi yang normal untukmu, mengirim catatan provokatif?" Alex bertanya. 

Samantha menggeleng, "Biasanya aku tidak mengejar wanita dengan begitu berani seperti sekarang, tapi aku membuat pengecualian dalam kasusmu. Selain itu, aku pikir kamu orang yang cukup berani." 

"Oh sungguh, dan kenapa begitu?" 

"Hanya perasaan saja. kamu tahu, aku melihatmu sebelum pesta, dan hari berikutnya aku datang lebih awal untuk membersihkan. Aku melewati kamar anak itu dan melihatmu meringkuk di tempat tidur mobil balap kecil itu dan Itu sangat .. ", Samantha memiringkan kepala dan memberi Alex senyum, manis dan lembut, "Menarik." Samantha menyorongkan gelas anggur ke samping, "Aku harus berhenti.. rasannya aku sedang memonopoli pembicaraan. " 

"Tidak sama sekali." Hibur Alex, dia seakan tidak sadar membiarkan matanya menjelajah kemanapun yang dia suka. Mata Samantha, pipi merah, kontras antara bibir dan gigi lurus yang begitu rapi, telinga yang halus. Segala sesuatu tentang wanita itu berpendar. Dia cantik, cukup cantik. "kamu sangat cantik." Tanpa sadar alex mengakui hal ini dengan keras. Dia meminta maaf, "Aku seharusnya tidak minum terlalu banyak!" 

Samantha tersenyum perlahan, dan menggenggam tangan Alex. "Terima kasih, aku merasa tersanjung. Aku juga menganggap kamu sangat menarik. Apa yang ada di pikiranmu saat menerima catatan itu? " 

"Aku pikir salah satu teman sedang membuat lelucon, tetapi kamu bisa lihat yang aku kenakan sekarang, aku tidak yakin." 

 "Aku senang kamu memutuskan untuk datang." 

"Aku juga." 

Kelelawar mabuk berputar dalam perutnya. Jari Samantha telah berada di antara jemarinnya sehingga sulit untuk membedakan siapa sebenarnya yang memegang tangan. 

Samantha membuyarkan lamunan Alex "Giliranmu untuk membertahu aku semuanya." 

"Apa yang benar-benar ingin kamu tahu?" Tanya Alex. 

Samantha memejamkan mata, tersenyum dan kemudian menjawab, "Aku benar-benar ingin tahu ... semua hal yang sangat pribadi tentangmu, dan aku lebih suka mencari tahu dari kamu secara langsung. Tapi yang paling ingin aku tahu adalah kapan aku bisa melihatmu lagi. " 

Alex berkata dia akan menjawab pertanyaannya saat dia kembali dari toilet, dan minta diri. Dia berhenti di tempat kartu kosong yang berada di meja bar dan menulis catatan kecil untuk, dan tip bartender dua puluh dolar untuk mengirimkannya segera. Kemudian dia berjalan ke pintu keluar dan pulang.

Catatan itu berbunyi: 

Samantha, sekarang kita telah saling kenal dan saya juga yakin  sepertinya kita saling menyukai satu sama lain. Karena kamu sudah sangat baik terhadap saya, saya akan berterima kasih untuk minumannya dan menawarkan untuk membalas kebaikanmu di tempat saya ... Sekarang!!! 1815 Darden Rd. Pergi ke sebelah kiri taman, ujung jalan, gerbang pertama. Apartemen # 4  ~Alex


Tamat.

Comments

Anonymous said…
Mau yg note #3 yank.. Bagian Samantha ke Apartemen Alex :p

-DF-
Alev said…
:D aku juga mauuu baca lanjutanny yg note #3 dunk, tante *berharap byk hal2 yg iya2 yg tjd di apartemen Alex? *.*
floo said…
@dP & @Alev : gak ada kelanjutannya sodara-sodaraaaa.... :D

Popular posts from this blog

Stranger III

Aku bergegas pulang, mencuci rambut, mengenakan baju merah dan mencari celana hitam namun tidak berhasil menemukannya di mana pun. Sialan! Di mana aku meletakannya? Tak ada waktu lagi aku memutuskan untuk mengenakan rok hitam. Tersenyum pada diriku sendiri saat berdiri di depan cermin, stoking hitam dan sedikit make-up. Melirik jam, baru sadar sudah jam 18:45. Seharusnya sudah berangkat. Aku memutuskan untuk berjalan ke bar karena cukup dekat, hanya beberapa blok dari tempat tinggalku. Aku mungkin akan memesan minum untuk membuatku sedikit lebih santai dan menunggu Ris. Sesampainya di bar tepat pukul 07:00, aku disambut Sue di depan counter. Aku memesan anggur putih, melirik sekeliling, satu kelompok orang di sebelah bawah bar, beberapa orang di salah satu stand dan beberapa anak perempuan di sudut agak gelap. Ada lagi sekelompok perempuan di ruang sebelah kolam renang tapi mereka semua memakai pakaian hitam atau t-shirt putih. Duduk menunggu, senang bahwa Sue sedikit sibuk k...

Lost Somewhere or Just Living My life?

Oh... waaw.... Sepertinya saya sudah menjadi anak yang hilang, tersesat entah di mana.   Seiring bertambahnya usia, kita terlalu malas mengurusi urusan temeh, drama yang tidak jelas. Fokus pada perjuangan kita sendiri untuk menjadi manusia sehingga setiap momen rentan, mungkin akan berumur pendek dalam ingatan. Saat kamu mencapai tingkat dalam hidup menjadi baik-baik saja, kamu merasa tidak memerlukan apapun lagi. Tapi Kenyamanan itu yang justru menimbulkan kebosanan.     But Sometimes, sometime... I miss those feelings, the freedom, the goosebumps when you see a new place, the joy of traveling, breathing air to your heart's content... being my self.

The Curse

Rabu kemaren salah satu kawan menyebut nama saya jadi salah satu orang yang di kutuk juga... ternyata kutukan ini berisi 11 hal tentang saya dan 11 hal yang harus saya jawab, dan 11 pertanyaan yang harus saya buat... jadi sebenernya gak bener-bener 11 ya... klo di jumlahin malah jadi 33 biji. Haduuhh... Pagi-pagi dah dapet Per Er jugaaa... banyak pulaaa....  Baiklaahhh... ayo kita mulai kerjain Per Er nya... tapi sebelum nulis tuh, saya biasanya ritual dulu, ngopi dulu lah, ngerokok dulu lah, twitteran dulu lah, efbean dulu lah... hehehe... Akhirnya gak nulis-nulis. Canggih ya.... hehe...  11 tentang Floo : 1. Saya anak pertama dari 4 bersodara, entah mungkin karena anak paling gede nih, sejak kecil saya paling sering di suruh ini itu. Mulai ambil kayu bakar di hutan sampe gembala sapi... hehehe.. gak denk. Keluarga mempercayakan banyak hal pada saya... termasuk mengurus diri sendiri. Dari zamannya saya masih SMU sampe kerja, saya ngekos (beli rumah belum mampu w...