Kali ini saya menyusuri jalan malioboro tidak sendiri, ada tangan yang menggenggam bahkan sesekali memeluk diselingi candaan ringan. di sekitar kami orang-orang berdesak-desakan di sepanjang Jalan. Berdiri di trotoar bahkan meluber hingga badan jalan. Suasana begitu gaduh dan riuh. Tawa renyah saling beradu dengan jerit klakson mobil, suara alunan gamelan kaset dan teriakan pedagang yang menjajakan dagangannya berbaur menjadi satu.
Aneka cinderamata buatan, hiasan rotan, perak, kerajinan bambu, wayang kulit, blangkon, miniatur kendaraan tradisional, asesoris, hingga gantungan kunci semua di tawarkan. Kami berdua sesekali mencoba melihat-lihat.
Berkeliling dengan becak adalah pilihan kami menikmati kota jogja sambil merasakan suasana yang lebih santai. Alun-alun selatan tempat beringin kembar juga tidak lupa kami datangi. Mencoba membuat satu keinginan dan menutup mata sambil melewatinnya. Menikmati makan malam yang romantis di warung lesehan sembari mendengarkan pengamen jalanan mendendangkan lagu "Yogyakarta" milik Kla Project. Aku bahkan berulang-ulang meminta lagu lain dari penyanyi yang sama. Sesekali mengajak ngobrol pengamennya saat dia istirahat menyanyika lagu-lagu yang kami pesan.
Pesona kota ini tak pernah pudar oleh jaman. Seperti kalimat awal yang ada dalam sajak Melodia karya Umbu Landu Paranggi "Cintalah yang membuat diriku betah sesekali bertahan", kenangan dan kecintaan banyak orang terhadap kota ini lah yang membuat eksotisme kota jogja terus berpendar hingga kini memaksa siapapun untuk terus kembali ke kesana.
~Yogyakarta, 2 Maret 2013
No comments:
Post a Comment